INILAH.COM, Jakarta- Gerakan kelompok Pepi Fernandoyang tidak terdeteksi oleh intelijen maupun kepolisian dinilai karena intelijen saat ini hanya memata-matai kegiatan yang bersifat politik.
"Intelijen kita selama ini digunakan untuk alat politik, akibatnya tidak concern, ngurusi politik. Yang dimata-matai mereka hanya kegiatan mahasiswa, kegiatan yang dinilai mengkritisi pemerintah. Intelijen sama sekali nggak ngurusin soal NII," tegas anggota Komisi I dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Effendi Choirie ketika dihubungi INILAH.COM, Rabu (27/4/2011).
Sebagaimana diketahui, kelompok Pepi sudah beraksi sejak Agustus 2010, ditandai dengan pemasangan bom di bawah flyover Cawang, Jakarta Timur di seberang gedung Asabri atau di dekat Markas Kodam Jaya. Itu berarti kemungkinan kelompok Pepi sudah ada sebelum Agustus 2010.
Menurut Choirie, akibat intelijen terlalu fokus pada kegiatan politik, NII terus subur berkembang hingga saat ini bahkan anggotanya sudah menggunakan aksi terorisme untuk menunjukkan eksistensinya sekaligus menarik kader atau massa. Pepi juga mengaku ia pernah menjadi anggota NII namun keluar karena NII dinilai kurang radikal.
Padahal, lanjut Gus Choi, begitu Effendi akrab dipanggil, sebenarnya mereka sudah memiliki data atau informasi namun dalam praktiknya tidak dijalankan karena tugas intelijen sudah dibiaskan mematai-matai kegiatan politik atau yang mengkritisi pemerintah.
Belum lagi, kata Gus Choi, kesejahteraan yang belum meningkat yang lagi-lagi menjadi hambatan kerja intelijen untuk maksimal dalam tugas mendeteksi dini ancaman gangguan keamanan. "Gajinya yang kurang sepadan dengan tugas dan tanggungjawab mereka. Tapi seharusnya ini menjadi alasan kesekiannya." [tjs]
0 komentar:
Posting Komentar