Laut Dunia Menyimpan 950 Ribu Spesies

on Jumat, 27 Januari 2012

 Jumlah spesies di lautan dunia mencapai 950 ribu spesies. Angka ini didapat berdasarkan hasil sensus kehidupan laut (Cencus of Marine Life). Daftar spesies tersebut termasuk biota laut yang potensial untuk dikembangkan sebagai alternatif bahan atau sumber makanan.

"Dari jumlah itu, 200 ribu spesies telah dideskripsikan. Selebihnya potensial dideskripsikan," ujar Tonny Wagey, Peneliti Senior Balitbang Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan, di sela-sela Rakornas The Cencus of Marine Life (CoML) di Kantor LIPI, Jakarta, Rabu, 25 Januari 2012.

Spesies yang potensial diskripsikan, memungkinkan untuk diteliti dan dianalisa apakah berpotensi menjadi spesies baru. Namun, lanjut Tonny, dari jumlah spesies tersebut yang telah dimanfaatkan sampai saat ini hanya sekitar 1 persen.

Dengan adanya pemaparan spesies tersebut dapat menjadikan alternatif bagi ketahanan pangan selain beras. Karena jika bicara sumber pangan, masyarakat masih bertahan pada berat ataupun karbohidrat. "Biota laut kan mengandung protein, kita juga butuh protein," tambahnya.

Selama kurun waktu satu dekade, sensus CoML dari 2000 sampai 2010, banyak spesies baru yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat yang dijual di pasar tradisional. Namun, banyak masyarakat yang tidak menyadari akan spesies baru ini. "Satu dekade ini, lebih banyak spesies yang ekonomis," ujarnya.

Biota laut yang terdapat di daerah tropis, seperti di Indonesia, menurutnya, sangat signifikan. Hal yang penting, lanjutnya, bagaimana biota laut dimanfaatkan untuk pengganti sumber bahan pangan yang tidak kalah kualitasnya.
 
Mengingat potensi biota laut sebagai sumber pangan alternatif, ia mengingatkan ancaman terhadap ekosistem laut yang disebabkan oleh perubahan iklim, overfishing dan ilegal fishing."Jangan sampai ekosistem terdegradasi, nanti yang muncul ubur-ubur. Apa mau kita makan itu?," ucapnya.

Sensus dilakukan secara merata di lautan sedang sampai lautan dalam di seluruh belahan dunia.

CoML merupakan kemitraan ilmiah yang melibatkan lebih dari 500 institusi dan donatur dari lebih dari 80 negara di Afrika, Asia, Australia, Eropa, Amerika Utara dan Selatan, Ocenia, termasuk Indonesia. Kemitraan ini juga melibatkan 2700 ilmuwan.
• VIVAnews

0 komentar:

Posting Komentar